Friday, September 19, 2008

Parenting

Pagi ini saya duduk depan komputer saya dengan manis (tumben!) sambil memikirkan kata parenting. Saya punya utang janji kepada seorang teman untuk bikin artikel tentang parenting dan janji ini sudah cukup lama rasanya. Belum lagi akhir bulan ini saya kebetulan juga mendapat kesempatan untuk memberikan materi di salah satu sekolah mengenai topik tersebut. Jadi mungkin sudah saatnya sekarang saya duduk, berpikir dan menuang serta berbagi pikiran saya tentang ini.

Jadi apa itu parenting?? Apa ya bahasa Indonesia yang sepadan dan benar-benar mewakilkan kata parenting? atau mungkin yang terpenting apa sih yang ada di benak saya ketika kata ini terucap?Mungkin pertama kali yang terlintas adalah kalimat 'pengasuhan anak'.
Tetapi apa iya definisinya sesederhana itu? Bagi saya pribadi memang agak sulit untuk me-label atau mendefinisikan suatu hal, seperti parenting ini, yang terasa begitu kompleks dan abstrak. Definisi rasanya seperti berusaha untuk membatasi suatu hal pada rangkaian kata tertentu, padahal mungkin hal tersebut tidak sedemikian sederhananya dan memiliki begitu banyak kekayaan arti.

Jadi bagaimana kalau saya coba ilustrasikan saja? Oke. Ilustrasi saya sebagai berikut : parenting itu seperti layaknya sebuah hobi yang terus-menerus kita lakukan tetapi pada satu titik merasa bosan lalu istirahat sejenak namun kemudian merasa ada yang hilang dan akhirnya kembali melakukan hobi tersebut.
Ketika pada satu titik dalam kehidupan ini, kita diberikan kesempatan untuk 'mendapatkan' seorang manusia cilik, saya yakin seluruh hidup kita pasti turut berubah.Kita belajar untuk bangun di tengah malam buta, di tengah-tengah mimpi indah, karena ada yang menangis berteriak-teriak lapar.

Kita belajar untuk siap siaga 24 jam akan panggilan darurat yang siap menghentak kapan saja. Kita bahkan belajar untuk membersihkan tinja yang dulu mungkin rasanya jijik sekali, namun seiiring dengan waktu tugas yang menjijikkan tersebut jadi terasa begitu dekat dengan kita. Pada masa-masa itu, saya yakin kita akan berpikir, "duh. kapan ya gedenya, jadi bisa mandiri sendiri". Namun ketika masa 'gede' itu tiba, apa iya pekerjaan kita selesai?. Tampaknya, dan tentunya!, tidak. Masalah baru timbul. Pelajaran baru juga datang. Kita jadi belajar untuk berlari 10 putaran hanya karena mengejar mereka demi memasukkan sesendok nasi. Kemudian 10 putaran lagi untuk suapan berikut, dan begitu seterusnya sampai kemudian rasanya kita sudah mampu ikut olimpiade lari nasional.

Mimpi-mimpi indah kita juga tetap mungkin terpotong di tengah karena ada yang merengek minta ditemani ke kamar kecil. Hanya saja mungkin sekarang kita sudah lebih ahli dan terbiasa dengan hal tersebut meskipun masih sambil menutup mata berjalan menuntun tangan mungilnya ke kamar kecil. Kita jadi belajar untuk pintar menjawab secara instan terhadap pertanyaan-pertanyaan dadakan yang sebagian besar justru datang di saat kita paling tidak siap.Kemudian lagi. dan lagi. dan lagi. pelajaran itu datang silih berganti.

Kita selalu berdoa akan saat-saat tenang. Saat dimana kita dapat menikmati waktu tanpa rentetan pertanyaan, tanpa berondongan permintaan tolong, tanpa teriakan marah, tanpa cibiran tak setuju. Saat dimana kita bisa berbaring dengan tenang, menguyah menelan makanan dengan damai, menonton televisi tanpa ada yang merebut remote-nya. Tetapi berapa lama kita betah dengan kondisi tenang tersebut? Satu jam? Satu hari? Satu minggu? atau satu bulan? Pasti akan tiba satu titik, dimana kita kembali merindukan segala kekacauan tersebut. Kenapa? Karena segala kekacauan tersebutlah yang memberikan segala keindahan dalam hidup kita. Dan segala kekacauan itulah yang justru menawarkan beragam hal tak ternilai harganya.
Bayangkan ucapkan terima kasih yang meluncur dari bibir mungilnya.
Bayangkan tangan yang terasa begitu kecil sekali dalam genggaman tangan kita.
Bayangkan tawa lepas polosnya yang begitu sederhana menertawakan mimik lucu kita.
Bayangkan detak jantung dan setiap tarikan napasnya dalam pelukan kita.
Bayangkan pipi montoknya yang selalu bergerak naik turun ketika mengunyah makanan.
Bayangkan ciuman-ciuman penuh kasih yang begitu tulus untuk kita.
Bayangkan pelukan erat yang rasanya tidak tertukar dengan apapun di dunia ini.
Bayangkan kesempatan bagi kita untuk berkembang dan belajar dalam berbagai aspek kehidupan 'hanya' karena kehadiran seorang manusia cilik dalam hidup kita!

Rasanya semua akan setuju jika saya katakan parenting bukan hal yang mudah. Dan saya yakin tidak akan ada yang bisa secara sempurna melakukan pekerjaan ini. Namun saya pribadi, bersyukur telah mengambil pekerjaan ini sebagai sebuah hobi yang saya lakukan dengan penuh cinta dan kasih. Walaupun saya mengakui ada masa dimana rasanya saya ingin melepas hobi ini. Tetapi percayalah masa tersebut berlalu dengan cepat. Saya ketagihan dengan hobi ini dan tampaknya tidak bisa lepas terlalu lama darinya. Pekerjaan ini telah menjadi suatu pekerjaan yang begitu menyenangkan dan memberikan 'penghasilan' yang jauh lebih besar dari penghasilan Bill Gates sekalipun.

Saya pun tentu tidak sempurna dalam melakukan pekerjaan ini, tetapi saya bersyukur karena manusia cilik yang ada dalam hidup saya juga tidak pernah meminta saya untuk sempurna. Dengan segala kekacauan yang telah hadir seiring dengan tibanya manusia cilik dalam hidup saya, saya justru merasakan memiliki hidup yang sempurna. Kita belajar bersama dan mencintai bersama. Agaknya parenting telah menjadi berkat yang tak terhingga yang pernah datang dalam hidup saya dan semoga demikian pula adanya (atau akan adanya) dengan Anda.
Terima kasih, Tuhan.

Thursday, November 22, 2007

Sekilas tentang Christian Men's Network Indonesia

Christian Men’s Network (CMN) adalah sebuah jaringan pelayanan pria Kristen lintas denominasi (tidak terikat pada denominasi gereja tertentu) yang didirikan oleh DR. Edwin Louis Cole pada tahun 1979. Pelayanan ini telah melayani jutaan pria melalui pertemuan pria Kristen, retreat, pelayanan melalui gereja, video, radio, televise, buku, kaset dan siaran satelit.

Jutaan pria telah mengalami perubahan hidup, pemulihan pernikahan, pemulihan hubungan, serta pelayan-pelayan Tuhan yang mengalami kebangkitan dan penguatan.

Di Indonesia, pelayanan ini lahir pada tahun 1997 namun baru pada tahun 1999 diresmikan secara internasional di Texas, Amerika Serikat, dengan koordinatornya pada waktu itu Ir. Eddy Leo M.Th.

Di propinsi Banten sendiri, pelayanan ini lahir pada tahun 2003, dan sejak saat itu hingga kini telah mengadakan 13 kali Camp dan Pemuridan “Pria Sejati” yang diikuti oleh lebih dari 2000 peserta yang datang dari berbagai denominasi gereja. Jumlah gereja yang telah mengutus para prianya untuk mengikuti kegerakan ini telah mencapai lebih dari 400 gereja yang tersebar di Tangerang dan sekitarnya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai apa itu CMN (Kegerakan Pria Sejati). Untuk lebih lagi mengetahui visi dan misi CMN Indonesia – Banten, kami mengundang para pria Kristen di Banten untuk menghadiri KKR Pria Sejati “Integrity” pada tanggal 30 November 2007 di World Harvest Center, Jl. Gunung Rinjani no. 6, Taman Himalaya, Lippo Karawaci, Tangerang 15811, pada pukul 19:00 WIB.

Makin Sayang

123! Saya ikut camp pria sejati di Mt Hermon, tanggal 10-11 Nopember yang lalu. Sebelum ikut camp seorang teman pria sejati mengatakan pada saya : "Pak, setelah ikut camp pasti akan semakin sayang pada istri". Dia juga bilang pada istri saya : "Bu, pasti akan makin disayang oleh Bapa (maksudnya saya) setelah camp nanti". Bagi saya hal ini tidak terlalu menarik, mengapa? karena sejak awal tahun Tuhan memang sedang memulihkan keluarga kami khususnya kehidupan spritual kami dan ini berdampak besar juga pada kehidupan kami sebagai suami-istri, kami semakin mencintai, hari-hari terasa sangat menggairahkan bagi kami berdua dan anak-2 kami tentunya. Jadi kalau statementnya akan makin sayang pada istri, saya hanya berpikir tanpa camp pun memang Tuhan telah karuniakan hal tersebut bagi keluarga kami.

Tuesday, November 6, 2007